Kompor Bioethanol

Kompor2 ini adalah buatan Surabaya.
bisa dimodifikasi… bentuknya lebih mirip seperti kompor spirtus yang ada dipasaran. biasanya digunakan untuk kompor penghangat pada prasmanan-prasmanan. memakai tuas buka tutup yang dapat dibesarkecilkan. lubang api dibuat diameter 5 mm dan ditempatkan berputar. untuk preheat dilakukan pemanasan dari bawah kompor spirtus. preheat dilakukan untuk mempermudah spirtus atau alkohol terbakar.
desain kompornya telah disesuaikan untuk memasak di rumah tangga. persis seperti kompor minyak tanah. bentuk aslinya, kompor tsb tidak memakai chasing.
hasil percobaan lumayan bagus.
untuk 2 liter air, waktu yang dibuthkan adalah 25 menit. habisnya sekitar 40 cc

*


kompor tsb dapat dipesan melalui saya
Mansur Mashuri,ST
081328042283

Amankah Asap Cair Digunakan…?

Biasanya, untuk mengawetkan ikan,daging, dan bahan makanan lainnya adalah dengan metode pengasapan. fungsinya adalah untuk menurunkan kadara air yang dapat mengembangkan warna, cita rasa spesifik dan menghambat pertumbuhan mikrobia. namun metode ini memiliki kekurangan yaitu, kualitas tidak konsisten, sulit dalam pengendalian proses, terdepositnya ter dalam bahan makanan, dan ini membahayakan, juga sering menimbulkan polusi udara.
kelemahan2 tersebut dapat diatasi dengan menggunakan asap cair. tentang asap cair silahkan cari artikel asap cair dalam blog ini.
penggunaan asap cair dapat dilakukan degan penambahan langsung ke produk dalam bentuk saus, pencelupan, penyemprotan, pengabutan, dan penguapan asap cair.
lalu seberapa aman jika kita menggunakan asap cair…?
untuk membuktikan bahawa asap cair ini aman, telah dilakukan pengujian penentuan lethal concentrantion 50 (LC50) pada ikan atau pengujuian lethal dose 50 (LD50) pada hewan mamalia seperti kelinci, tikus, dan mencit. penetapan LD50 adalah penetapan kemampuan toksik suatu bahan kimia secara akut yang menyebabkan kematian hewan coba hingga mencapai 50% melalui pemberian secara oral.
uji ini sangat penting untuk mengukur dan mengevaluasi karakteristik toksik dari suatu bahan kimia. juga dapat menyediakan informasi tentang bahaya kesehatan manusia yang berasal dari bahan kimia yang terpapar dalam tubuh pada waktu pendek melalui jalur oral.
toksisitas akut dapat didefinisikan sebagai kejadian keracunan akibat pemaparan bahan toksik dalam waktu singkat, biasanya dapat dihitung dengan nilai LC50 dan LD50. nilai ini ddidapkan melalui proses statistik dan berfungsi mengukur angka relativ toksisitas akut bahan kimia.uji ini dapat dilakukan menggunakan spesies tertentu seperti mamalia, unggas, ikan, hewan invertebrata tumbuhan vaskuler dan alga. sementara untuk uji LD50 dianjurkan menggunakan tikus, mencit, dan kelinci.

hasil penelitian dapat disarikan sebagai berikut.
Penelitian dilakukan pada mencit betina dengan menggunakan asap cair grade 2 dan parameter yang dicari adalah penentuan lethal dose 50 (LD50).
terlebih dahulu dilakukan prapenelitian dengan berbagai tahapan dosis dengan menggunakan 2 ekor mencit pada tiap kelompok. uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan dosis dimana kedua mencit tidak mengalami kematian. sebelumnya mereka dipuasakan selama 4 jam dan 2 jam sesudah. prapenelitian 1 diberikan asap cair grade 2 dengan dosis 10,100,1000 dan 10.000 mg/kg bb, kemudian dilakukan prapeneltian 2 dengan dosis 2000,4000, dan 8000 mg/kg bb.
dari hasil penelitian disebutkan bahwa gejala klinis yang tampak pada mencit perlakuan dosis tinggi diantaranya peningkatan aktivitas, peningkatan bernafas,mencit tampak meregangkan badan dan beristirahat di sudut kandang. pada akhirnya mencit menutup mata dan terlihat tenang. kelompok perlakuan dengan dosis tinggi, mencit mengalami kematian setelah periode kritis (3jam) sementara mencit pada kelompok lainnya mati pada periode antara 24-48 jam. Hasil LD50 asap cari grade 2 dengan metode reed-muench diperoleh dosis 7848 +- 191,069. dosis ini menunjuka bahan asap cair grade 2 dinyatakan relative tidak toksik.

sekarang anda tidak perlu khawatir, karena asap cair aman.

*disarikan dari hasil penelitian “Penentuan Lethal Dose (LD50) Asap Cair Grade 2 pada Mencit Betina”
Prof. drh. Soesanto Mangkoewidjojo,M.Sc.,Ph.D (Bag patologi klinik,FKH UGM)
drh. Syarifuddin Tato, SU, (Bag Farmakologi,FKH UGM)
drh. Hendry T.S.S.G Saragih, MP (Lab Histologi&Embriologi, Fak Biologi UGM)